Beranda | Artikel
Sifat Shalat Sunnah Nabi - Silsilah Dauroh Fiqih Shalat
Selasa, 12 Maret 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Sifat Shalat Sunnah Nabi ini merupakan bagian dari pembahasan silsilah dauroh fiqih shalat yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada Ahad, 29 Jumadal Awwal 1440 H / 05 februari 2019 M di Masjid Al-Barkah, Kompleks Rodja, Cileungsi.

Download mp3 dauroh sebelumnya: Tata Cara Shalat Safar – Silsilah Dauroh Fiqih Shalat

Kajian Ilmiah Tentang Sifat Shalat Sunnah Nabi – Dauroh Sifat Shalat Nabi

Apa keutamaan shalat sunnah?

1. Ibadah Yang Paling Utama

Shalat sunnah adalah ibadah sunnah yang paling utama. Mana yang lebih utama antara shalat sunnah dengan puasa sunnah? Maka jawabannya adalah shalat sunnah lebih utama daripada puasa sunnah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ وَلاَ يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ

“Istiqamahlah kalian, dan kalian tidak akan mampu untuk istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah)

Disini Nabi mengatakan amalan yang terbaik adalah shalat. Berarti shalat sunnah adalah amalan terbaik kalau dibandingkan dengan ibadah-ibadah lain yang sunnah.

2. Menambah Derajat di Surga

Keutamaan selanjutnya, bahwa shalat sunnah itu menambah derajat di dalam surga. Sebagaimana dalam hadits Rabiah bin Malik Al-Aslami ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada Rabiah:

سَلْ ، فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ ، قَالَ : أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ ، قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ ، قَالَ : فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

“Mintalah sesuatu!’ Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta hai Rasulullah agar bisa menjadi temanmu di Surga’. Beliau menjawab, ‘Adakah selain itu?’. ‘Itu saja ya Rasulullah’, jawabku. Maka Rasulullah bersabda, ‘Kalau begitu, bantulah aku atas dirimu untuk memperbanyak sujud (shalat)” (HR. Muslim)

Lihatlah, Sahabat ini minta kepada Rasulullah supaya bisa menemani Rasulullah. Tapi Rasulullah juga minta kepada Sahabat ini amalan apa yang bisa menyebabkan ia bisa menjadi teman Rasulullah di surga. Kata Rasulullah, “Perbanyaklah shalat.”

Dalam hadits Tsauban, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang amalan apa yang bisa memasukkan ke surga? Maka Rasulullah bersabda:

عليكَ بِكَثْرةِ السُّجُودِ، فإِنَّك لَنْ تَسْجُد للَّهِ سجْدةً إلاَّ رفَعكَ اللَّهُ بِهَا دَرجَةً، وحطَّ عنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu” (HR. Muslim)

3. Menambal Kekurangan Shalat Fardhu

Apa yang dimaksud dengan menambal kekurangan di sini? Yang dimaksud di sini adalah kekurangan ketika kita melakukan shalat fardhu. Misalnya shalatnya khusyu’ atau misalnya didalam shalatnya terjadi kekurangan. Bukan yang dimaksud di sini artinya terkadang kita shalat terkadang kita tidak. Karena shalat fardhu yang ditinggalkan secara sengaja tidak bisa ditambal oleh shalat sunnah. Karena itu dosa besar sekali. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas, murtad dari agama Islam. Itu pendapat Imam Ahmad bin Hambal.

Jadi yang dimaksud dengan menutupi kekurangan shalat fardu di sini bukan artinya seseorang meninggalkan shalat fardhu secara sengaja. Tapi maksudnya ketika kita shalat fardu terkadang ada kekurangan-kekurangan. Dalam kekhusyuannya, dalam keikhlasan, atau ternyata setelah kita shalat merasa bangga dengan kelebihan shalat kita akhirnya Allah batalkan amalnya.

Nah, dengan shalat-shalat sunnah itulah kekurangan tersebut akan ditutup. Berdasarkan hadits ‘Ammar bin Yasir ia berkata bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ تُسْعُهَا ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُبْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا

“Sesungguhnya ada seseorang yang benar-benar mengerjakan shalat, namun pahala shalat yang tercatat baginya hanyalah sepersepuluh (dari) shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepetujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, dan seperduanya saja.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Kekurangan ini akan ditambal oleh shalat sunnah. Rasulullah bersabda:

أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلَاةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلَائِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِي صَلَاةِ عَبْدِي أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ

“Sesungguhnya yang pertama kali akan di hisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya, Allah Jalla wa ‘Azza berfirman kepada Malaikat -Dan Dia lebih mengetahui (amalan seseorang) -; “Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang? Sekiranya sempurna, maka catatlah baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan, Allah berfirman; “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah? Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman; “Cukupkanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya.” Selanjutnya semua amal manusia di hisab dengan cara demikian.” (HR. Abu Dawud)

Maksudnya adalah kalau shalat kita benar, amalan lain juga akan benar. Tapi kalau shalat kita salah, itu akan berpengaruh kepada amalan yang lainnya. Mukanya Al-Hasan Al-Bashri berkata bahwa ada dua amal yang bisa menjaga amalan lain. Yang apabila kita jaga dua amal tersebut, Allah akan jaga amalan kita yang lainnya. Yaitu shalat dan menjaga lisan.

Kaidah-Kaidah Umum Yang Berhubungan dengan Shalat Sunnah

Pertama, shalat sunnah ada dua macam; shalat sunnah muqayyadah. Yaitu shalat sunnah yang terikat dengan waktu dan tempat. Contohnya shalat tahajud, shalat dhuha. Ada juga yang terikat dengan tempat seperti shalat tahiyatul masjid. Jenis yang kedua adalah shalat sunnah mutlaqah. Yaitu shalat yang tidak terikat oleh waktu, tidak pula tempat, tidak pernah sebab. Dimana jumlah bilangannya pun juga tak terbatas. Terserah sebanyak-banyaknya tidak masalah.

Dalil shalat sunnah mutlak ini yaitu hadits Abu Dzar. Abu Dzar pernah shalat sebanyak-banyaknya. Ketika ia telah selesai salam, Al-Ahnaf bin Qais bertanya, “Kamu tahu tidak berapa raka’at kamu selesai tadi?” Abu Dzar menjawab:

إِنْ أَكُ لََ أَدْرِي فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَدْرِي

“Jika aku tidak tahu, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla mengetahuinya.”

Sesungguhnya aku mendengar kekasihku Ya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً ، وَحَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً

“Tidaklah seorang hamba sujud kepada Allah dengan sebuah sujud melainkan Allah akan mengangkat baginya dengan sujud itu satu derajat dan menggugurkan baginya satu dosa.” (HR. Ahmad)

Di sini Abu Dzar memahami boleh kita memperbanyak shalat sebanyak-banyaknya yang disebut dengan shalat sunnah mutlak.

Simak pembahasannya pada menit ke-13:31

Download MP3 Tentang Tata Cara Shalat Safar – Dauroh Sifat Shalat Nabi


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46799-sifat-shalat-sunnah-nabi-silsilah-dauroh-fiqih-shalat/